kalau rasa sayangku itu sebesar kuku yang tak kan pernah habis meskipun selalu dipotong. itulah sms yang monyet kirim untuk ku. Rasa seneng, heran berbaur menjadi satu. Karena itung-itung baru kali ini dia ngomong gitu. Padhal selama kami pacaran dulu kata itu jarang muncul, bahkan hamper gak pernah. Aku juga heran ahir-ahir ini aku ngrasa dialah istriku.
Tapi sebelum itu kami sempat berdiskusi tentang nikah muda. Meskipun biasanya dia selalu menolak untuk mbahas tentang nikah, kali ini aku gak tau kenapa dia melayaniku sewaktu membicarakan soal nikah. Sebelumnya dia selalu mengalihkan pembicaraan ketika aku mbahas tentang pernikahan. Tapi meskipun begitu aku cukup senang. Karena mungkin ini hanya sebentar. Mungkin bila suatu saat hari nanti aku membahas tentang nikah, kalo ga’ dai marah, ya pasti ngambek.
Cukuplah senang hatiku ketika mendengar ucapannya “aku sayang peyan” . meskipun hanya lewat telpon selular, itu membuat hati ini agak tenang. Selanjutnya hanya tinggal mempertahankan rasa sayang yang ia curahkan ke aku. Dan itu bagiku lebih sulit dari pada mencari cinta.
Namun dengan omongan yang dia ucapkan bahwa dia sayang sama aku + berbicang-bincang masalah menikah, hati ini agak sedikit tenang. Karena sesuatu yang kuharapkan selama ini telah muncul. Dan monyet pun pernah berjanji bahwa siapapun yang mampu menakhlukkannya, dia akan cinta pada satu orang, mengabdi pada satu nama, dan aku berharap itu aku.
Tapi disisi lain hati ini merasa takut. Karena aku takut membuatnya patah hati. Aku mengenal diriku sendiri, aku ini mudah banget kagum sama cewek. Tapi satu hati ini telah tercurah pada satu nama. Dan aku ingin memilikinya secara utuh dan halal. Dan sayangnya ini kesempatan terakhir yang aku miliki, jika aku melakukan kesalahan lagi, mau gak mau, aku harus ikhlaskan dia bukan menjadi miliku.
Akhirnya Ngomong Juga
Kini ku Tahu
Kini kusadar kenapa dia sulit sekali diajak untuk menikah. Mungkin itu karena factor internal yang dia alami dalam keluarganya. Berkali-kali aku mengajaknya untuk menjalani kehidupan yang halal namun dia tidak mau. Aku pengen banget mempunyai seorang istri seperti dia. Mungkin dengan tulisan ini aku bisa menjelaskan padanya tentang perasaanku selama ini kepada dia. Aku sayang dengannya tulus dengan sepenuh hati. Aku gak pernah menilai latar belakang keluarganya, aku hanya mencoba untuk selalu mendekati keluargannya agar bisa percaya dengan ku. Meskipun itu sulit tapi hati ini ingin meyakinkan keluargannya, bukan hanya dia yang ingin aku yakinkan, namun keluargannya juga.
Okelah…. aku modal uang gak ada, namun aku yakin bahwa Allah tidak mungkin menelantarkan hambanya. Lebih baik hidup dengan pasangan yang kita sayang dengan kondisi yang pas-pasan, dari pada harus hidup mewah dengan orang yang tidak kita sayang. Jika sudah begitu apa artinya uang, uang gak mungkin selamanya menjadi yang pertama. Terkadang juga kita dikalahkan dengan uang, kita hanya berfikir tantang bagaimana hidup setelah menikah, namun belum tahu apa yang akan kita jalani setelah menikah.
Kericuhan yang sering ia saksikan di dalam keseharian, mungkin salah satu factor kenapa ia sulit untuk diajak menikah. Alasan yang selama ini aku trima adalah bahwa dia ingin membahagiakan keluarganya dulu. Entah dengan bagaimana ia akan mambahagiakan keluarganya. Namun aku berusaha agar aku yang mengalah, karena keluarga yang lebih utama.
Bukan hanya itu, akupun sering melihat temen-temenku heran ketika aku bercerita bahwa aku pernah mengajak cewek menikah. Memang tak wajar, mengingat aku saat itu baru 3 bulan lulus SMA. Rasa sayang yang besar telah muncul untuknya. Hanya tinggal menunggu waktu, apakah dia jodohku atau memang dia jodoh orang lain. Namun aku slalu berharap dia menjadi jodohku dan dalam do’aku,aku memohon kepada Allah agar dia menjadi yang terakhir untuk ku.
Cinta Pertama
Memang benar, cinta pertama sulit dilupakan. Dan itu pun terjadi pada ku, terkadang ketika aku merasa sepi dan pikiran tidak terkontrol keinginan untuk kembali kepada dia (sang cinta pertama) tumbuh lagi. Cinta pertama mungkin hanya sebatas perasaan pada orang pertama yang kita kagumi melebihi orang lain. Namun bagiku itu sangat mengena dan terlalu dalam di hati, ku, karena jujur, ketika aku mempunyai seorang pasangan, aku selalu memasukan ke hatiku yang terdalam. Mesikipun akku telah memiliki cinta yang baru namun cinta pertamaku sulit untuk dilupakan.
Andai saja dulu aku tidak mengenalnya, mungkin sekarang aku tidak akan seperti orang gila yang selalu mengharap cinta yang semu, dan cinta yang tak mungkin aku dapatkan kembali. Pernah sesekali aku menghubunginya, namun siapalh aku, aku hanya orang yang tak penting baginya. Terkadang juga aku berfikir, mengapa aku masih selalu mengingatnya?, padahal aku hanya merasakan kebahagiaan yang sebentar. Tak lebih dari 5 bulan aku pacaran dengannya, namun kelakuan yang dia lakukan mungkin aku akan rasakan seumur hidupku.
Mungkin aku perlu bercerita. Aku pertama kali pacaran dengan dia, cewek adik kelasku sendiri waktu SMA. Aku mengenalnya saat MOS. Aku kira dia gadis yang cocok buat aku, dan aku kira aku hanya sebatas kagum dengan dia. Hingga pada suatu hari aku memutuskan untuk mengetes dia dengan suatu kebohongan. Suatu hari sebelum aku jadian dengannya, aku pernah menyuruh temannya untuk sms ke dia bahwa aku kecelakaan. Dan dari kebohongan itu aku mengetahui bahwa dia memang telah mempunyai rasa sayang padaku. Dan atas dorongan dari temanku akupun akhirnya jadian dengan dia.
Yah. Awalnya memang indah, bahkan 4 hari ketika kami baru jadian dia telah memberiku sebuah topi yang bergambar bintang. Mungkin karena dia menganggap aku sebai bintang hatinya. 2 bulan kami jalan tanpa dad masalah apapun bahkan semakin lama kami semakin enjoy. Tapi entah mengapa mendekati bulan puasa aku merasa akan kehilangan dia. Dan ternyata karena dia mengingat cinta pertamanya juga ahirnya hubungan kami jadi gak karuan.
Dan hingga suatu hari kami memutuskan untuk berpisah setelah kejadian yang kualami. Kejadian yang menguras semua yang aku punya.
Teman Ku
Emm… kayaknya malam ne aku inget tentang apa yang aku tulis dulu deh.. ketika aku nyurahin hati tantang bahwa kalau aku memang benar-benar pengen nikah ma cewek yang aku sayang, isinya:
Apakh benar aku sudah membutuhkan seorang istri? Rasa kesepian dan rasa slalu sendiri lama-lama membuatku jenuh, aku belum butuh anak dari istriku nanti, yang aku butuh untuk saat ne cma seorang pendamping yang bisa ada di saat aku butuh ma seseorang yang bisa member kehangatan dan kesejukan dalam hatiku. Aku hanya butuh kasih sayang yang lebih dari seseorang yang bisa halal untukku. Aku gak harus tinggal satu atap dengan istriku nanti, ya inilah aku.. hal yang dianggap/ditakuti oleh anak seusiaku malah aku menginginkannya.
Ya mungkin orang tuaku, pacarku, dan semua orang di sekelilingku tidak setuju dengan apa yang aku inginkan. Tapi jika hati ini membutuhkan tumpuan untuk hidup dan mampu menyelamatkan ku dari semua kejenuhan dan kebosanan ku ini, serta menyelamatkan ku dari dosa yang tidak seharusnya ku trima.
Aku butuh orang yang benar-benar menyayangiku. Ihya’ul Ulum Fadlilah. Taukah kamu, kamu lah orang yang ingin kujadika sebgai pendamping hidupku.
Terkadang aku sendiri pun sadar mengapa aku ingin memperistri seorang yang belum maumenjalani kehidupan berumah tangga. Tapi inilah aku, seorang yang bisanya selau membuat keanehan-keanehan. Aku sadar aku tak punyai apa-apa untuk dijadikan sebagai maskawin atau apalah sebagainya. Namun aku yakin Allah tidak mungkin menelantarkan hambanya.
Dan aku pun yakin jika orang tua sanggup aku akan masih bisa hidup bersama kekasih yang ku sayang. Meskipun jarak kami jauh, tapi tak apalah. Apa arti jarak jika di dalam hati kita asih bisa berhubungan dengan saling perhatian dan bisa saling melengkapi.
Suratku
Emm… kayaknya malam ne aku inget tentang apa yang aku tulis dulu deh.. ketika aku nyurahin hati tantang bahwa kalau aku memang benar-benar pengen nikah ma cewek yang aku sayang, isinya:
Apakh benar aku sudah membutuhkan seorang istri? Rasa kesepian dan rasa slalu sendiri lama-lama membuatku jenuh, aku belum butuh anak dari istriku nanti, yang aku butuh untuk saat ne cma seorang pendamping yang bisa ada di saat aku butuh ma seseorang yang bisa member kehangatan dan kesejukan dalam hatiku. Aku hanya butuh kasih sayang yang lebih dari seseorang yang bisa halal untukku. Aku gak harus tinggal satu atap dengan istriku nanti, ya inilah aku.. hal yang dianggap/ditakuti oleh anak seusiaku malah aku menginginkannya.
Ya mungkin orang tuaku, pacarku, dan semua orang di sekelilingku tidak setuju dengan apa yang aku inginkan. Tapi jika hati ini membutuhkan tumpuan untuk hidup dan mampu menyelamatkan ku dari semua kejenuhan dan kebosanan ku ini, serta menyelamatkan ku dari dosa yang tidak seharusnya ku trima.
Aku butuh orang yang benar-benar menyayangiku. Ihya’ul Ulum Fadlilah. Taukah kamu, kamu lah orang yang ingin kujadika sebgai pendamping hidupku.
Terkadang aku sendiri pun sadar mengapa aku ingin memperistri seorang yang belum maumenjalani kehidupan berumah tangga. Tapi inilah aku, seorang yang bisanya selau membuat keanehan-keanehan. Aku sadar aku tak punyai apa-apa untuk dijadikan sebagai maskawin atau apalah sebagainya. Namun aku yakin Allah tidak mungkin menelantarkan hambanya.
Dan aku pun yakin jika orang tua sanggup aku akan masih bisa hidup bersama kekasih yang ku sayang. Meskipun jarak kami jauh, tapi tak apalah. Apa arti jarak jika didalam hati kita asih bisa berhubungan dengan saling perhatian dan bisa saling melengkapi.
Pernikahan
Aku kadang bingung, tapi kadang pingin juga nikah di usia muda. Membentuk suatu rumah tangga yang kecil namun harmonis. Semua itu sudah ada di otakku, meskipun tinggal masih nebeng di rumah ortu ato mertua aku pikir it’s okay, apa salahnya juga ikut atau numpang hidup di ruamah ortu atau mertua. Toh mereka juga masih da hubungan darah. Asal bisa nahan gak punya momongan aja. Karena jika ditambah momongan kan jadi kasihan ma ortu.
Meskipun pikiran dan keinginan ku sudah sampai segitunya, tapi mulai dari orang tua, saudara, teman dan yang laennya juga masih nyaranin aku untuk nahan dulu. Karena mereka pikir pernikahan sulit. Dan ribet, gak semudah seperti yang kita inginkan.
Bagi ku pernikahan memang sulit tapi jika sudah dirasakan, mungkin banyak sekali yang akan kita dapat hikmahnya. Yah begitulah orang, jika belum tau rasanya dan menuruti kata “katanya dia, menurut dia dll” mana mungkin kita tau rasanya. Kita hanya berfikir tantang kesulitan setelah menjalin rumah tangga. Apa salahnya juga jika merasakan pacaran setelah menikah. Udah gak dosa, gak ngabisin uang, malah jika sampai “gituan” bukan dosa besar lagi.. tapi malah IBADAH. Hehe..
Bedakan ma anak muda yang lebih suka pacaran, dari pada mikir yang nggak-nggak dan takut kalo si do’i selingkuh, mending langsung dinikahin. Apasih orang pacaran, hubungan gak jelas gitu,malah menurutku, setelah merasakan 2 kali pacaran. Ternyata sama-sama rugi. Yang cow rugi di ekonominya, yang harus ngajak kluar ato jalan nlaktir, dan jika di jumlahin lebih menguras dompet dari pada orang yang sudah menikah. Sedangkan yang cewek rugikan jika badanya harus di peluk atau di cium, apalagi jika sudah terlanjur melakukan “yang gitu,,tu” nah tu baru tau rasanya. Kalo semua sudah dilakukan sebelum menikah, trus yang kita lakukan setelah menikah apa?. Gak da yang dirasa barukan. Karena memang sudah dilakukan sebelum nikah.
Udah rugi di ongkos, waktu, ato kehormatan (bagi yang pernah nglakuin), trus dosa. Kalo masih kurang? dapat bonus lagi, jika pas nglakuin pacaran tiba-tiba malaikat maut datang, Wah pasti ada tu terminal sanjutnya. Apa gak da perasaan takut dihati. waktu nglakuin yang aneh-aneh gitu. Kalo menurutku siapapun orang yang nglakuin PASTI punya rasa takut ketika akan atau setelah nglakuin yang aneh-aneh gitu. Namu karena nafsunya yang besar aja jadi liarnya keluar gitu. Wuh…. Astaghfirulah.. aku tau karna ak juga pernah nglakuin (ssssttt jangan bilang sapa-sapa). Aku juga gak munafik, tapi untungnya sekarang aku dah nemuin ya insyaallah bisa jadi pendampingku besok, dia gak mudah dirayu, namun keyika dia ku pegang aja sempet marah,, n ketika aku nglakuin yang menurutnya udah melampaui batas wuh… 2 minggu dia marah n ujung-ujungnya ngajak putus.. yah untungnya meskipun putus kita masih kayak orang pacaran. Bahkan rasa sayang yang tumbuh JAUH lebih besar dari ketika kita pacaran yang hanya dilandaskan hawa nafsu.
Bakan dia sempet aku lamar, padahal usia pacaran kami kalo gak salah baru 4 bulan. Nah.. sebenere tu aku lakuin agar aku gak terjebak di lubang nafsu yang aku lakuin ketika pertama kali aku pacaran yang hanya menahulukan nafsu setan.
Yah… Sekali lagi aku gak mau jadi orang yang munafik, makanya aku ngomong gni bwat orang-orang yang mau mbaca ne… sekalian aku mengajak agar kita gak kejebak dalam nafsu ketika kita sedang berduaan.